Bismillahirrahmanirrahiim
Soal :
Soal :
Apa perbedaan Client-Server dan Web Based dalam contex engineering?
Sebelum kita dapat mengetahui perbedaan Client-Server dan Web Based, alangkah baiknya kita mengetahui pengertian nya dulu, oke kita mulai dengan Client Server Software Engineering.
Pendahuluan
Sebelum kita dapat mengetahui perbedaan Client-Server dan Web Based, alangkah baiknya kita mengetahui pengertian nya dulu, oke kita mulai dengan Client Server Software Engineering.
Pendahuluan
Klien-server atau client-server merupakan sebuah paradigma dalam Teknologi Informasi yang merujuk kepada cara untuk mendistribusikan aplikasi ke dalam dua pihak: pihak klien dan pihak server.
Arsitektur Client Server mendominasi sistem komputer kebanyakan hari ini .Semua , dari ATM sampai internet ada karena software yang berada di satu komputer – client , meminta servis atau data dari komputer lainnya – server . Arsitektur Client/Server , menggabungkan prinsip konvensional , konsep dan metode dari Object-Oriented dan Component based Software engineering.
Kenapa Client-Server Software Engineering begitu penting ?
Dampak dari sistem client-server (c/s) pada pemerintahan , bisnis , komersial , dan lingkungan sains sangat terasa. Dan perkembangan teknologi Software Engineering ( Component based – Software development, object request broker , java ,dsb) merubah jalan untuk mengembangkan sistem c/s. Proses Software Engineering yang solid harus diaplikasikan terhadap konstruksi sistem c/s.
Struktur yang digambarkan pada gambar di atas tidaklah paten , dapat dirubah – rubah sesuai dengan kebutuhan , asalkan masih tetap dalam konteks arsitektur yang digambarkan di atas
Komponen Software untuk sistem c/s
Arsitektur Client/Server tidak mengimplementasikan suatu software sebagai suatu aplikasi monolitik yang hanya diterapkan pada satu mesin , sehingga arsitektur c/s membutuhkan lebih dari satu mesin untuk diterapkan . Arsitektur c/s juga memiliki beberapa subsistem yang berbeda yang dapat dialokasikan ke client , ke server ataupun ke kedua mesin :
Komponen Software untuk sistem c/s
Arsitektur Client/Server tidak mengimplementasikan suatu software sebagai suatu aplikasi monolitik yang hanya diterapkan pada satu mesin , sehingga arsitektur c/s membutuhkan lebih dari satu mesin untuk diterapkan . Arsitektur c/s juga memiliki beberapa subsistem yang berbeda yang dapat dialokasikan ke client , ke server ataupun ke kedua mesin :
User Interaction / Presentation Subsistem .
Subsistem ini mengimplemetasikan semua fungsi yang tergabung dalam Graphical User Interface , Gunanya untuk berinteraksi dengan user dan terletak di client .
Application subsystem
Subsistem ini mengimplementasikan requirement yang didefiniskan aplikasi dengan konteks dari domain dimana aplikasi tersebut beroperasi . Contohnya , aplikasi bisnis bisnis memproduksi berbagai macam laporan cetak yang berdasarkan input numeric , kalkulasi , informsai database dan sumber – sumber yang lainnya . Contoh lain adalah Sebuah aplikasi groupware dapat menyediakan fasilitas bulletin board atau e-mail . dimana pada kedua kasus , software aplikasi dapat dipartisi menjadi komponen yang berada baik di server ataupun di client .
Database Management Subsistem
Subsistem ini melakukan pemanipulasian data dan manajemen yang harus di lakukan oleh sebuah aplikasi . Manipulasi data dan manajemen mungkin semudah pencatatan sebuah baris , dan mungkin dapat sekompleks memproses transaksi SQL yang rumit .
Distribusi dari Komponen Software
Setelah requirement dari aplikasi c/s ditentukan , maka Perancang Software harus menentukan bagaimana pendistribusian komponen software yang dibutuhkan oleh client dan server secara tepat .
Saat semua fungsi dari ketiga subsistem di atas dibebankan kepada server ,maka sebuah fat server design terbentuk . sebaliknya , jika client mengimplementasikan banyak dari user interaction / presentation , application , dan database komponen , maka sebuah fat client terbentuk .
Fat Client biasa nya dapat ditemukan saat arsitektur file server dan database server diterapkan . Pada kasus ini , server menyediakan manajemen data , tetapi aplikasi lainnnya dan GUI terletak pada client. Fat Server biasanya ditemukan pada desain sebuah sistem transaksi dan groupware . Server menyediakan dukungan aplikasi yang diperlukan untuk melakukan transaksi dan komunikasi dilakukan dari client . Software di client hanya fokus kepada GUI dan manajemen komunikasi .
Distributed Presentation
Pada pendekatan client/server , logika database dan logika aplikasi berada pada server , biasanya sebuah mainframe . Server juga berisi aplikasi untuk menyiapkan tampilan informasi . Contohnya adalah Virtual Class, Semua aplikasi baik database , tampilan ataupun logika aplikasi terletak di server , client hanya membutuhkan sebuah browser untuk menampilkan GUI yang disediakan oleh server .
Remote Presentation
Adalah sebuah extensi dari pendekatan distributed presentation , primary database dan logika aplikasi terletak di server , dan data akan dikirimkan ke client untuk ditampilkan menggunkan GUI yang berada di client .
Distributed Logic
Client memiliki semua fungsi user presentation dan sebuah fungsi yang berkaitan dengan data entry . Seperti field-level validation , server query formula (SQL) , dan server update information . Server hanya menjalankan pekerjaan dan proses yang diberikan oleh client query , Server file updates , client version control , dan aplikasi yang berkaitan tentang itu .
Remote data management
Aplikasi yang berada di server membuat sebuah data sourcedengan format data yang telah di extrak dari tempat lain (contohnya dari corporate level source) . Aplikasi di alokasikan di client digunakan untuk mengevaluasi data yang telah di format oleh server . Decission support system termasuk ke dalam kategori ini Pedoman untuk Mendistribusikan Subsistem dari Aplikasi Presentation / Interaction subsitem terletak di client. Ketersediaan PC, lingkungan windows dan kekuatan kopmuter dibutuhkan oleh gui untuk membuat pendekatan ini efektif dalam hal biaya. Jika database di share oleh beberapa user yang terhubung dengan LAN , maka database ditaruh di server . DBMS dan kemampuan akses database juga ditaruh di server bersamaan dengan fisik database.Data statis yang digunakan sebagai referensi terletak di client . Peletakan data dekat dengan user meminimalisir trafik jaringan yang tidak perlu.
Analisis Pemodelan
Kebutuhan aktifitas pemodelan untuk sistem c/s sedikit berbeda dari metode pemodelan yang diaplikasikan ke arsitektur komputer konvensional .Oleh karena itu prinsip dasar analaisis dan metodologi pemodelan dapat diterapkan di software c/s . Dengan catatan , bahwa kebanyakan sistem c/s yang modern menggunakan komponen yang reusable .Karena analisis pemodelan menghindari spesifikasi dari detail implementasi , maka isu – isu yang berkaitan dengan alokasi komponen ke klien dan server hanya berupa desain.
Desain arsitektur untuk sistem client/server
Desain arsitektur dari c/s seringkali dinyatakan sebagai communicating processes style :
Tujuannya adalah untuk mencapai qualitas kestabilan . Sebuah server ada untuk melayani satu atau lebih client untuk kebutuhan penyediaan data . Yang mana terletak di jaringan . Client mengorganisasi panggilan ke server, yang bekerja secara asynchronous ataupun synchronous . Jika server bekerja secara synchronous , maka akan ia akan mengembalikan control ke client bersamaan dengan dengan pengembailan data . Jika server bekerja secara asynchronously , maka hanya akan mengembalikan data (Tanpa kontrol ) ke Client .
Pendekatan Desain Konvensional untuk software Aplikasi
Di sistem c/s , DFD dapat digunakan untuk membangun system scope , mengidentifikasi fungsi high-level , menentukan area data , membolehkan dekomposisi dari high-level function . tetapi , biarbagaimanapun dekomposisi hanya berhenti pada proses bisnis awal , dan tidak berlanjut sampe ke level proses yang lebih kecil .
Di konteks c/s , sebuah Elementary business process (EBP) – Proses bisnis awal , didefinisikan sebagai satu set tugas yang di lakukan tanpa henti oleh satu user pada client . Tugas tersebut dilakukan sekaligus atau tidak sama sekali .
ERD juga bias digunakan untuk memperluas role . ERD dapat digunakan untuk mendokompisi subject data area ( data stores) lebih lanjit dari DFD untuk membangun high-level view dari database yang akan diimplemtasikan dengan RDBMS .
Desain Database
Sebuah RDBMS dapat dijadikan sebagai solusi untuk desain database . RDBMS dapat mendistribusikan data dengan mudah lewat SQL . keuntungan SQL dsebagai aristektur c/s adalah “nonnavigational” . Di dalam RDBMS , tipe data dapat dispesifikan dengan menggunakan SQL , tanpa menggunakan informasi navigational . implikasi dari hal ini adlah RDMBS harus handal dalam memilihara lokasi dari data dan kapabel dalam mendefinisikan jalur terbaik untuk hal itu . Dalam database system yang kurang handal , request untuk data , harus mengindikasikan apa yang harus diakses , dan dimana harus mengakses data tersebut . Harus dicatat , bahwa distribusi data dan teknik memanaje tersedia untuk desainer , antara lain :
- · Manual extract : User diperbolehkan untuk mengcopy secara manual data yang diinginkan dari server ke client . Pendekatan ini sangat berguna apabila data statis diperlukan dan kontrol dari pengekstrakan dapat dihandle oleh user .
- · Snapshot : teknik ini mengotomatisasi manual extract dengan menentukan sebuah “snapshot” dari data yang harus di transfer dari server ke client pada interval yang telah ditentukan . Pendekatan ini sangat berguna untuk mendistribusikan data statis yang jarang diupdate .
- · Replication : teknik ini dapat digunakan apabila banyak kopi dari data harus dijaga pada situs yang berbeda (contoh : antara server yang berbeda atau antara client dan server) , disini level kompleksitas meningkat karena konsistensi data , update , keamanan , dan pemrosean harus di koordinasi pada banyak situs .
- · Fragmentation : Pada pendekatan ini , sistem database di fragmentasi lewat beberapa mesin . Walaupun sangat menggiurkan dalam teori , namun fragmentation sangat sulit diimplementasikan dan jarang ditemui .
Langkah untuk mendesain sebuah proses bisni s awal (EBP – Elementary Business Process) yang mengombinasikan elemen dari desain konvesional dengan element dari object oriented desain . Dengan asumsi bahwa requirement model yang mendefinisikan objek bisnis telah dibuat dan diperbaharui lebih dulu dari pendesainan EBP .
Langkah – langkah berikut ini untuk membuat desain :
- Untuk setiap proses bisnis , identifikasikan file yang akan dibuat , di update , dan direferensi , atau dihapus
- Gunakan file yang didapat dari langkah 1 sebagai basis untuk mendefinisikan komponen atau objek
- Untuk setiap komponen , gunanakan business rule an informasi objek bisnis lain yang telah di buat untuk file yang bersangkutan .
- Tentukan rule yang relevan dengan proses dan dekomposisi rule tersebut ke level method .
- Jika diperlukan , tentukan komponen tambahan lainnya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan method yang akan di buat di pada step 4
Desain yang digunakan untuk merepresentasikan business object juga digunakan untuk merepresentasikan interface, application , dan database object :
- Methods menjelaskan bagaiman business rule diimplementasikan
- Elementary proses mendefinisikan business proses yang di identifikasikan di model analisis
- Process mengidentifikasikankomponenyang membuat solusi untuk Elementary Business Process
- Component mendeskripsikan komponen yang tertera di structure chat
- Business Rule mengidentifikasikan komponen yang siginfikan terhadap implementasi dari business rule yang diberikan.
waaah ternyata banyak juga urain tentang client-server, pasti ribet kan, ^-^ . okey sekarang kita lanjutkan tentang web based.
WEB BASED
Dalam rekayasa perangkat lunak, suatu aplikasi web (bahasa Inggris: web application atau sering disingkat webapp) adalah suatu aplikasi yang diakses menggunakan penjelajah web melalui suatu jaringan seperti Internet atau intranet. Ia juga merupakan suatu aplikasi perangkat lunak komputer yang dikodekan dalam bahasa yang didukung penjelajah web (seperti HTML, JavaScript, AJAX, Java, dll) dan bergantung pada penjelajah tersebut untuk menampilkan aplikasi.
Aplikasi web menjadi populer karena kemudahan tersedianya aplikasi klien untuk mengaksesnya, penjelajah web, yang kadang disebut sebagai suatu thin client (klien tipis). Kemampuan untuk memperbarui dan memelihara aplikasi web tanpa harus mendistribusikan dan menginstalasi perangkat lunak pada kemungkinan ribuan komputer klien merupakan alasan kunci popularitasnya. Aplikasi web yang umum misalnya webmail, toko ritel daring, lelang daring, wiki, papan diskusi, weblog, serta MMORPG.
Setelah uraian diatas maka di bawah ini adalah beberapa perbedaan client server dan web based
Biaya (system costs)
Kelebihan
Cons
Lingkungan (environtmen)
Kelibihan
Sistem Akses
- Web-based - Sistem biasanya ditawarkan pada langganan atau dasar penggunaan, tetap Anda kontrol biaya dan memungkinkan Anda untuk tumbuh ke dalam sistem tanpa biaya di muka yang besar.
- Client-Server - Anda mengendalikan upgrade dan dapat memutuskan hubungan dengan penyedia perangkat lunak bila Anda
- tidak peduli untuk memiliki fitur yang lebih baru atau dukungan.
Cons
- Web-based - Langganan cenderung berkelanjutan sehingga diperpanjang selama tahun, sistem ini dapat tampaknya biaya lebih dari sebuah aplikasi dalam-rumah (meskipun perbandingan biaya sebenarnya harus meliputi faktor-faktor lain mungkin).
- Client-Server - Software biasanya dibayar di muka dan biaya awal sistem bisa tinggi. Anda memiliki eksposur tinggi jika sistem tidak berubah untuk memenuhi kebutuhan anda. Juga, mungkin lisensi memerlukan kontrak pelayanan sebanyak 20% dari biaya sistem per tahun, apakah Anda menggunakannya atau tidak.
Lingkungan (environtmen)
Kelibihan
- Hardware · berbasis Web -, sistem operasi dan perangkat lunak database termasuk dalam harga aplikasi. Tidak ada biaya internal bagi perusahaan Anda untuk membeli, memelihara atau meningkatkan jaringan
- Client-Server - Internal staff yang memegang kendali penuh lingkungan. Anda dapat membuat keputusan TI bahwa Anda merasa adalah yang terbaik
- Web-based - Lingkungan komputasi biasanya dibagi dengan pelanggan lain. ementara database yang terpisah dan aman, beban sistem dapat menjadi faktor penyebab.
- Client-Server - Semua biaya untuk membeli, memelihara dan upgrade jaringan yang ada di bahu Anda dan yang biasanya tidak kompetensi inti perusahaan Anda. endorong ke ASP dapat benar-benar menghemat uang
Sistem Akses
Kelebihan
- Web-based - Software diakses dari mana saja dengan internet browser standar dan sebuah sambungan. User bahkan tidak perlu menggunakan komputer sendiri. Sebagian besar perusahaan memiliki akses internet yang masuk akal sehingga tidak ada biaya tambahan harus dikeluarkan.
- Client-Server - Software dapat diakses melalui jaringan lokal, menciptakan cukup cepat respon dan otonomi dari Internet.cons
- · Web-based - Akses membutuhkan koneksi internet. Meskipun akses ke Internet ini berkembang, itu masih belum di semua tempat
- Client-Server - Pengguna harus berada di jaringan lokal untuk mengakses perangkat lunak, kecuali perusahaan telah melakukan investasi pada aplikasi akses remote seperti Citrix atau PC Anywhere. Remote akses memerlukan software aplikasi tambahan pengguna yang mahal
Daftar Pustaka/ Copas
- http://rpl07.wordpress.com/2007/06/20/clientserver-software-engineering-oleh-m-rizky-r-5105-100-135/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Klien-server
- www.theiqgroup.com
kita ke no 2
Soal: Teknik pengukuran kualitas software
Deras masuknya produk perangkat lunak dari luar negeri di satu sisi menguntungkan pengguna karena banyaknya pilihan produk dan harga. Namun di sisi lain cukup mengkhawatirkan karena di Indonesia tidak ada institusi yang secara aktif bertugas membuat standard dalam pengukuran kualitas perangkat lunak yang masuk ke Indonesia. Demikian juga dengan produk-produk perangkat lunak lokal, tentu akan semakin meningkat daya saing internasionalnya apabila pengembang dan software house di Indonesia mulai memperhatikan masalah kualitas perangkat lunak ini.
Kualitas perangkat lunak (software quality) adalah tema kajian dan penelitian turun temurun dalam sejarah ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering). Kajian dimulai dari apa yang akan diukur (apakah proses atau produk), apakah memang perangkat lunak bisa diukur, sudut pandang pengukur dan bagaimana menentukan parameter pengukuran kualitas perangkat lunak.
Bagaimanapun juga mengukur kualitas perangkat lunak memang bukan pekerjaan mudah. Ketika seseorang memberi nilai sangat baik terhadap sebuah perangkat lunak, orang lain belum tentu mengatakan hal yang sama. Sudut pandang seseorang tersebut mungkin berorientasi ke satu sisi masalah (misalnya tentang reliabilitas dan efisiensi perangkat lunak), sedangkan orang lain yang menyatakan bahwa perangkat lunak itu buruk menggunakan sudut pandang yang lain lagi (usabilitas dan aspek desain).
APA YANG DIUKUR?
Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology [3] yang dikatakan sebagai:
The degree to which a system, component, or process meets customer or user needs or expectation.
Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Taksonomi McCall adalah best practice yang cukup terkenal dan diterima banyak pihak, ditulis oleh J.A. McCall dalam technical report yang dipublikasikan tahun 1977 [1].
Kualitas perangkat lunak (software quality) adalah tema kajian dan penelitian turun temurun dalam sejarah ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering). Kajian dimulai dari apa yang akan diukur (apakah proses atau produk), apakah memang perangkat lunak bisa diukur, sudut pandang pengukur dan bagaimana menentukan parameter pengukuran kualitas perangkat lunak.
Bagaimanapun juga mengukur kualitas perangkat lunak memang bukan pekerjaan mudah. Ketika seseorang memberi nilai sangat baik terhadap sebuah perangkat lunak, orang lain belum tentu mengatakan hal yang sama. Sudut pandang seseorang tersebut mungkin berorientasi ke satu sisi masalah (misalnya tentang reliabilitas dan efisiensi perangkat lunak), sedangkan orang lain yang menyatakan bahwa perangkat lunak itu buruk menggunakan sudut pandang yang lain lagi (usabilitas dan aspek desain).
APA YANG DIUKUR?
Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology [3] yang dikatakan sebagai:
The degree to which a system, component, or process meets customer or user needs or expectation.
Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Taksonomi McCall adalah best practice yang cukup terkenal dan diterima banyak pihak, ditulis oleh J.A. McCall dalam technical report yang dipublikasikan tahun 1977 [1].
Di lain pihak, dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Dan diskusi tentang ini berkembang dengan munculnya tema kajian tentang CMM (The Capability Maturity Model) yang dikembangkan di Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University serta beberapa kajian lain seperti SPICE (Software Process Improvement and Capability dEtermination) dan BOOTSTRAP. CMM, SPICE dan BOOTSTRAP mengukur kualitas perangkat lunak dari seberapa matang proses pengembangannya.
Tulisan ini akan mencoba fokus ke bagaimana mengukur perangkat lunak dilihat dari sudut pandang produk. Untuk pengukuran proses pengembangan perangkat lunak akan dibahas pada tulisan lain.
PARAMETER DAN METODE PENGUKURAN
When you can measure what you are speaking about, and express it in numbers, you know something about it. But when you can not measure it, when you can not express it in numbers, your knowledge is of a meagre and unsatisfactory kind.
(Lord Kelvin)
Pendekatan engineering menginginkan bahwa kualitas perangkat lunak ini dapat diukur secara kuantitatif, dalam bentuk angka-angka yang mudah dipahami oleh manusia. Untuk itu perlu ditentukan parameter atau atribut pengukuran. Menurut taksonomi McCall [1], atribut tersusun secara hirarkis, dimana level atas (high-level attribute) disebut faktor (factor), dan level bawah (low-level attribute) disebut dengan kriteria (criteria). Faktor menunjukkan atribut kualitas produk dilihat dari sudut pandang pengguna. Sedangkan kriteria adalah parameter kualitas produk dilihat dari sudut pandang perangkat lunaknya sendiri. Faktor dan kriteria ini memiliki hubungan sebab akibat (cause-effect) [4][5]. Tabel 1 menunjukkan daftar lengkap faktor dan kriteria dalam kualitas perangkat lunak menurut McCall [1].
Tulisan ini akan mencoba fokus ke bagaimana mengukur perangkat lunak dilihat dari sudut pandang produk. Untuk pengukuran proses pengembangan perangkat lunak akan dibahas pada tulisan lain.
PARAMETER DAN METODE PENGUKURAN
When you can measure what you are speaking about, and express it in numbers, you know something about it. But when you can not measure it, when you can not express it in numbers, your knowledge is of a meagre and unsatisfactory kind.
(Lord Kelvin)
Pendekatan engineering menginginkan bahwa kualitas perangkat lunak ini dapat diukur secara kuantitatif, dalam bentuk angka-angka yang mudah dipahami oleh manusia. Untuk itu perlu ditentukan parameter atau atribut pengukuran. Menurut taksonomi McCall [1], atribut tersusun secara hirarkis, dimana level atas (high-level attribute) disebut faktor (factor), dan level bawah (low-level attribute) disebut dengan kriteria (criteria). Faktor menunjukkan atribut kualitas produk dilihat dari sudut pandang pengguna. Sedangkan kriteria adalah parameter kualitas produk dilihat dari sudut pandang perangkat lunaknya sendiri. Faktor dan kriteria ini memiliki hubungan sebab akibat (cause-effect) [4][5]. Tabel 1 menunjukkan daftar lengkap faktor dan kriteria dalam kualitas perangkat lunak menurut McCall [1].
Tabel 1: Faktor dan Kriteria dalam Kualitas Perangkat Lunak |
Kualitas software diukur dengan metode penjumlahan dari keseluruhan kriteria dalam suatu faktor sesuai dengan bobot (weight) yang telah ditetapkan [2]. Rumus pengukuran yang digunakan adalah:
Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn
Dimana:
Fa adalah nilai total dari faktor a
wi adalah bobot untuk kriteria i
ci adalah nilai untuk kriteria i
Kemudian tahapan yang harus kita tempuh dalam pengukuran adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Tentukan kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu faktor
Tahap 2: Tentukan bobot (w) dari setiap kriteria (biasanya 0 <= w <= 1)
Tahap 3: Tentukan skala dari nilai kriteria (misalnya, 0 <= nilai kriteria <= 10)
Tahap 4: Berikan nilai pada tiap kriteria
Tahap 5: Hitung nilai total dengan rumus Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn
CONTOH PENGUKURAN PERANGKAT LUNAK
Untuk mempermudah pemahaman, akan diberikan sebuah contoh pengukuran kualitas perangkat lunak dari faktor usabilitas (usability). Yang akan diukur adalah dua buah perangkat lunak yang memiliki fungsi untuk mengkontrol peralatan elektronik (electronic device). Perangkat lunak yang pertama bernama TukangKontrol, sedangkan kedua bernama Caktrol. Contoh dan hasil pengukuran dapat dilihat pada Table 2 dan 3.
Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn
Dimana:
Fa adalah nilai total dari faktor a
wi adalah bobot untuk kriteria i
ci adalah nilai untuk kriteria i
Kemudian tahapan yang harus kita tempuh dalam pengukuran adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Tentukan kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu faktor
Tahap 2: Tentukan bobot (w) dari setiap kriteria (biasanya 0 <= w <= 1)
Tahap 3: Tentukan skala dari nilai kriteria (misalnya, 0 <= nilai kriteria <= 10)
Tahap 4: Berikan nilai pada tiap kriteria
Tahap 5: Hitung nilai total dengan rumus Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn
CONTOH PENGUKURAN PERANGKAT LUNAK
Untuk mempermudah pemahaman, akan diberikan sebuah contoh pengukuran kualitas perangkat lunak dari faktor usabilitas (usability). Yang akan diukur adalah dua buah perangkat lunak yang memiliki fungsi untuk mengkontrol peralatan elektronik (electronic device). Perangkat lunak yang pertama bernama TukangKontrol, sedangkan kedua bernama Caktrol. Contoh dan hasil pengukuran dapat dilihat pada Table 2 dan 3.
Tabel 2: Contoh Pengukuran Usabilitas Dua Perangkat Lunak |
Tabel 3: Hasil Pengukuran Usabilitas Dua Perangkat Lunak |
Catatan: Edisi lengkap dari tulisan ini dapat dibaca di majalah SDA Magazine edisi Juni 2006.
REFERENSI
[1] J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters, Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce, 1977.
[2] T.P. Bowen, G.B Wigle, and J.T. Tsai, Specification of Software Quality Attributes: Software Quality Evaluation Guidebook, Technical Report RADC-TR-85-37, Rome Air Development Center, Griffiss Air Force Base, 1985.
[3] IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.12-1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York, 1990.
[4] Hans Van Vliet, Software Engineering – Principles and Practice, John Wiley & Sons, 2000.
[5] James F. Peters and Witold Pedrycz, Software Engineering: An Engineering Approach, John Wiley & Sons, 2000.
[1] J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters, Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce, 1977.
[2] T.P. Bowen, G.B Wigle, and J.T. Tsai, Specification of Software Quality Attributes: Software Quality Evaluation Guidebook, Technical Report RADC-TR-85-37, Rome Air Development Center, Griffiss Air Force Base, 1985.
[3] IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.12-1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York, 1990.
[4] Hans Van Vliet, Software Engineering – Principles and Practice, John Wiley & Sons, 2000.
[5] James F. Peters and Witold Pedrycz, Software Engineering: An Engineering Approach, John Wiley & Sons, 2000.
kita ke no 3
soal: Teknik pengukuran performa basisdataTUNING DATABASE
Apa saja yang dapat di-tune agar menghasilkan performa database yang jauh lebih baik? Diantaranya adalah :
1. Konfigurasi Database Server
Secara default,umumnya setiap DBMS telah memiliki konfigurasi awal.Jika akan melakukan tuning dengan mengubah konfigurasi,hasilnya tidak selalu tampak sesaat setelan kamu menerapkan konfigurasi baru. Adakalanya kamu perlu membiarkan server berjalan selama beberapa jam dan mengukur sejauh mana konfigurasi kamu berpengaruh terhadap kinerjanya.
Secara default,umumnya setiap DBMS telah memiliki konfigurasi awal.Jika akan melakukan tuning dengan mengubah konfigurasi,hasilnya tidak selalu tampak sesaat setelan kamu menerapkan konfigurasi baru. Adakalanya kamu perlu membiarkan server berjalan selama beberapa jam dan mengukur sejauh mana konfigurasi kamu berpengaruh terhadap kinerjanya.
2. Optimasi Pemanggilan Query
Bagaimana aplikasi melakukan manipulasi data?Beberapa pilihannya adalah dengan menggunakan method ADO,dynamic SQL (ad hoc query),ataupun stored procedure.
Menggunakan method ADO adalah menggunakan berbagai metode seperti rs.AddNew,rs.Update,atau rs.Delete.Cara ini relatif mudah untuk di pelajari dan di implementasikan,tetapi terkadang menghasilkan traffic yang besar pada jaringan,terutama jika aplikasi kamu mengolah data yang besar.
Cara lain adalah dengan menggunakan dynamic SQL,di mana kamu mengirimkan perintah Transact-SQL dalam bentuk string dari aplikasi agar di jalankan oleh database server.Umumnya menggunakan dynamic SQL akan lebih cepat di bandingkan dengan method ADO.
Tetapi karena database server menerimanya dari aplikasi kamu,maka harus di lakukan kompilasi kode Transact-SQL tersebut,menciptakan query plan dapat digunakan lagi kemudian sehingga mempercepat proses berikutnya.
Untuk kinerja yang optimal,kamu dapat mempertimbangkan stored procedure.Stored procedure memiliki kinerja yang lebih baik dan mengurangi traffic dan latency jaringan.
3. Gunakan JOIN dengan Tepat
Menggunakan perintah JOIN tampaknya sudah menjadi keharusan saat kamu bekerja dengan banyak tabel.Penggunaan join yang tidak tepat dapat mengakibatkan permasalahan dalam kinerja database kamu.
Jika kamu memiliki dua atau lebih tabel yang sering melakukan join,sebaiknya kolom yang di gunakan untuk join memiliki unique index,atau memiliki surrogate key agar mengurangi pembacaan I/O selama proses join.Tentunya hal ini akan lebih mengoptimalkan kinerja secara keseluruhan. Kolom yang di gunakan untuk join sebaiknya memiliki tipe data yang sama,dan jika di mungkinkan memiliki tipe data numeric daripada karakter.
Jika proses join sampai melibatkan empat atau lebih tabel untuk mendapatkan record yang kamu inginkan,pertimbangkan untuk melakukan denormalisasi agar jumlah tabel yang di join dapat berkurang. Terkadang hal ini di perlukan dengan pertimbangan kinerja database akan jadi lebih baik,jika kita menambahkan satu atau dua kolom tambahan agar dapat mengurangi jumlah tabel join yang terlampau banyak.
Daftar pustaka/copas
http://milik-ku.blogspot.com/2009/04/pekerjaan-seorang-database.html